UIN SUNA Lhokseumawe Sambut Deputi Bappenas, Bahas Pengembangan Kelembagaan

www.uinsuna.ac.id – Universitas Islam Negeri Sultanah Nahrasiyah (UIN SUNA) Lhokseumawe menyambut kedatangan Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas RI, Drs. Almich Alhumami, M.A., M.Ed., Ph.D., dalam rangka memperkuat sinergi kelembagaan dan arah pembangunan pendidikan tinggi keagamaan, Selasa (22/07/2025), di Gedung Biro Rektorat setempat.

Kunjungan ini turut didampingi Direktur Perguruan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bappenas, Endang Sulastri, S.Sos., MPP, beserta rombongan. Kedatangannya disambut langsung oleh Rektor UIN SUNA, Prof. Dr. Danial, M.Ag didampingi jajarannya.

Kegiatan silaturahmi ini dirangkai dengan Diskusi Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan, yang diikuti seluruh aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan kampus.

Dalam sambutannya, Rektor menyampaikan komitmen UIN SUNA dalam memperkuat reputasi akademik melalui pengelolaan 14 jurnal ilmiah yang telah terindeks SINTA, dan tengah menargetkan jurnal internasional terindeks Scopus.

Disamping itu, berbagai capaian kampus turut dipaparkan oleh Rektor. Lanjutnya ia memperkenalkan Jurnal Sultanah Nahrasiyah sebagai salah satu andalan yang sedang disiapkan untuk bersaing di level global.

“Kami tengah menyiapkan Jurnal Sultanah Nahrasiyah dan jurnal lainnya agar mampu bersaing secara global,” ujar Rektor optimis.

Selain aspek akademik, UIN SUNA juga menaruh perhatian besar pada penguatan karakter mahasiswa melalui program santrinisasi dan pembelajaran ma’had bagi mahasiswa baru.

Rektor menyebut, pesantren di lingkungan kampus bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga ruang pendidikan nilai seperti kesederhanaan, toleransi, dan kemandirian. Ungkapnya.

Deputi Almich dalam arahannya menuturkan bahwa pentingnya transformasi PTKIN agar mampu setara dengan perguruan tinggi umum, baik dalam hal mutu akademik maupun kontribusi sosial.

PTKIN memiliki posisi strategis dalam menyebarkan Islam yang moderat dan membangun peradaban berbasis nilai.

“PTKIN harus menjadi episentrum moderasi Islam dan ilmu pengetahuan, sebagaimana yang dicontohkan Al-Biruni yang menelurkan karya besar melalui interaksi budaya,” ujarnya.

Dr. Endang, menyebutkan bahwa selama satu dekade terakhir, sebanyak 58 PTKIN telah mengalami intervensi kebijakan sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu. Ia mengingatkan pentingnya sinergi dalam menyukseskan visi Indonesia Emas 2045.

“PTKIN bukan dibangun untuk komersialisasi, tetapi untuk menjawab tantangan sosial dan memperkuat keadilan pendidikan,” tegasnya. (NA)

Share this Post